Selasa, 03 Oktober 2017

Awal yang Baru

3 Oktober 2017

Hari ini kembali ku buka blog ini. Melihat setiap isi, setiap postingan yang sudah ku terbitkan maupun yang belum. Ada rasa lucu, malu, senang, dan bermacam-macam rasa lain. Rasanya seperti ku melihat potongan kisah masa lalu. Bagaikan pergi dengan mesin waktu, memasuki era dimana semuanya berbeda. Seakan melihat diriku yang kecil sedang bercerita di depanku. Kalau itu benar terjadi, rasanya ingin ku tampar wajahnya lalu berkata 'Apa sih yang ada di otak lu saat bikin blog ini?'

Blog ini sudah kubuat sejak aku SMP, tepatnya pada tahun 2011. Saat itu, membuat blog menjadi tren tersendiri. Setiap hari aku berusaha untuk memposting apapun itu, karena itu postingan blog ini jadi tidak karuan. Seingatku saat itu aku sedang nge fans sama Raditya Dika, karena itu aku mula menirunya. Raditya Dika awalnya terkenal karena blognya, aku pun ikut buat blog. Raditya Dika bikin novel, aku pun bikin novel. Mesti sayang, hingga saat ini novel yang kubuat tak juga kunjung usai. Di novel ketiga Radit yang berjudul Marmut Merah Jambu, Radit dan kedua temannya membentuk klub detektif, dan aku pun ikut2an membuat klub detektif bersama Monik dan Mutiara, yang kemudian mengubah nama menjadi Nasa Hanesi.

Saat itu aku mengisi blog ini dengan hal-hal yang membuatku tertarik. Aku idak terlalu peduli dengan kata orang, tidak peduli orang mengatakan blog ini jelek lah, ga jelas, dsb. Bahkan aku tidak peduli meski tidak ada yang melihat blog ku. Rasanya, ini hanyalah versi online dari diary yang biasa ku tulis di buku binder saat masih kecil. Saat itu, saat dimana aku masih aktif di blog ini, aku adalah seorang anak SMP yang punya rasa percaya diri yang tinggi, bahkan kadang ketinggian dan jatohnya malah kegeeran doang. Saat itu aku yakin, apapun yang kubuat, apapun yang ku katakan pasti akan diperhatikan orang lain. Hahahaha masa masa penuh optimisme.

Kemudian...

Aku lupa sejak kapan. Aku pun lupa apa yang terjadi, yang jelas hal yang terjadi itu membuat diriku menjadi berbeda dari aku yang sebelumnya. Aku yang percaya diri menjadi rendah diri. Aku yang selalu yakin dengan apa yang telah kubuat, menjadi aku yang peragu. Aku yang mudah bergaul pun berganti jadi aku yang tertutup.

Hal itu, entah apa itu yang telah terjadi. Semenjak saat itu aku selalu berfikir ribuan kali untuk sekedar mengutarakan pendapatku. Aku takut. Takut akan ditolak, takut akan diabaikan, dan lain-lain. Bahkan, untuk berpendapat atau sekedar komentar di grup line, aku harus menuliskannya dulu di note HP. Dalam sebuah diskusi, paling-paling aku hanya menuliskan apa yang akan ku katakan, dan pada akhirnya tidak jadi untuk ku utarakan.

Namun...
Belakangan ini, sekelompok orang baru hadir di duniaku. Sekelompok orang itu datang dengan menempuh perjalanan yang berbeda-beda. Ada yang datang dengan ekskalator, ada pula yang harus memanjat tangga, bahkan ada yang jatuh beberapa kali sebelum sampai di tempat yang sama dengan ku. Beberapa sudah saling mengenal, namun banyak yang awalnya tak pernah kenal sama sekali. Sekelompok orang itu datang karena keinginan mereka, namun bagaimana kita bisa bertemu, takdirlah yang bekerja.

Awalnya sekelompok orang itu hanya hadir, namun tak memperdulikan ku. Awalnya ku kira sekelompok orang itu hanyalah sekumpulan orang yang hanya lewat dalam kehidupanku. Awalnya ku kira aku tak dapat mendekati mereka, apalagi membaur bersama.

Hingga suatu hari datang...

Hari dimana ada sekelompok orang lain yang mencoba menyatukanku dengan sekelompok orang itu. Hari dimana terpilihnya seorang pemimpin yang akan memimpin kami. Ya, kami, aku dan kelompok itu. Hari itu aku baru merasa bahwa aku jugalah bagian dari kelompok itu. Walau hari itu aku belum bisa membaur sepenuhnya dengan sekelompok orang yang tengah bersama ku, aku sudah mulai merasa bahwa aku bisa membaur dalam kelompok ini.

Hari demi hari, minggu demi minggu berlalu. Perlahan-lahan aku semakin dekat dengan kelompok ini. Kelompok lain itu senantiasa mencoba untuk membuat kami bersatu. Kelompok lain itu mengajak kami mengikuti berbagai acara yang dapat membuat kami merasakan kebersamaan.

Sampai akhirnya kami membuat acara kami sendiri. Acara yang membuat kami semakin kenal dengan yang lain. Acara yang juga membuat kami mengerti sedikit tentang apa yang dirasakan oleh yang lain. Mungkin tidak semua dari kami yang bisa hadir dalam acara itu, tapi disana aku akhirnya dapat lebih kenal dengan banyak diantara kami. Canda tawa, makan bersama, nonton bersama, sholat bersama, sedih bersama, marah bersama, dan sebagainya. Tak banyak yang berubah setelah acara itu. Masih juga terdapat makhluk-makhluk yang terasa jauh dari kami. Namun bukan berarti usaha yang dilakukan itu sia-sia. Bisa dibilang ini adalah pintu gerbang untuk memulai awal yang baru

Bulan demi bulan berlalu.

Selembar kertas mengisyaratkan bahwa kebersamaan kita akan berlanjut. Selembar kertas itu juga mengatakan bahwa kami akan selalu bersama setiap harinya, dan ya, setelah selembar kertas itu dibagikan, setiap hari kuisi dengan bertemu mereka.

Namun.
Rasa tak cukup kebersamaan yang timbul dari selembar kertas saja, sekelompok orang yang selama ini berusaha menyatukan kita kembali melakukan usahanya. Cara yang mereka lakukan cukup membuahkan hasil. Kedekatan kami bukan lagi hanya sekedar sekelompok orang biasa, namun mulai menjelma menjadi keluarga.
Keluarga tanpa ikatan darah, namun dapat sedekat darah dan pembuluhnya.
Keluarga baru yang timbul karena rasa cinta dan kepedulian antar sesama.

Hingga akhirnya aku yakin, bahwa aku memang bagian dari mereka. Bahwa aku juga mencintai mereka. Aku pun yakin, kalau ini bisa jadi awal yang baru untukku. Awal yang baru untuk mengukir kisah. Awal yang baru untuk keluar dari zona sepi yang selama ini ku lalui