Prolog
Siang hari ini tidak seperti
siang yang biasanya. Matahari tak menunjukkan tanda-tanda ingin muncul. Angin
berhembus kencang dan tetes-tetes hujan pun mulai bertetesan. Di tengah
rintik-rintik hujan itu Zanica dan Irfan tengah berlarian.
“Nica, cepatlah,
nanti hujannya tambah deras”
“Hujan? Jadi
maksudnya kamu mengajak ku berlari hanya karena hujan ini. Tenang saja aku bawa
paying”
“Kenapa gak
bilang dari tadi”
“Mana aku tau,
lagian kamu tiba-tiba narik tangan aku trus ngajakin aku lari segala”
“Hehe… maaf deh”
Zanica dan Irfan
sudah berteman sejak mereka masih TK dan kini umur mereka sudah menginjak 9
tahun. Ayah Irfan sudah meninggal sejak dua tahun lalu. Tidak ada yang tau
pasti apa penyebabnya, ada yang bilang bunuh diri, di racuni orang, dan
sebagainya. Sebenarnya Irfan juga belum pernah sama sekali melihat wajah
ayahnya. Kalau pun pernah, mungkin dia melihatnya saat ia masih bayi. Setiap ia
bertanya pada ibunya, ibunya tidak pernah mau menjawab. Dan tidak hanya itu
saja, ia bahkan tidak tau siapa nama ayahnya atau pekerjaannya atau berapa umur
ayahnya. Hanya 1 yang ia tau, yaitu tanggal kematian ayahnya
Tidak berbeda
jauh dengan Irfan, Zanica juga meng-alami hal yang sama. Ia tidak mengetahui
banyak tentang ayahnya. Namun sesekali dalam satu atau dua tahun sekali ayahnya
pulang dari pekerjaannya untuk bertemu Zanica. Dan kebetulan hari ini ayah
Zanica pulang
“Sebenarnya papa
kerja apa sih? Kenapa papa sangat jarang pulang? Apa papa gak mau ketemu sama
aku? Papa benci sama aku?”
“Bukan begitu,
Nica. Yang pasti suatu hari nanti papa akan bilang sama kamu. Papa janji”
setelah mengatakan itu ayah Zanica tampak gelisah. Ia melihat kea rah
sekelilingnya seakan ada seseorang yang sedang memperhatikan gerak-geriknya.
“Selalu aja
bilang begitu. Terserah deh, Nica mau ke kamar dulu”
Zanica pun pergi
ke kamarnya. Di kamarnya ia me-nonton TV, dan saking asyiknya ia sampai lupa
makan. Setelah hampir 2 jam ia menonton di kamarnya, Zanica keluar untuk ke
kamar mandi.
“Aneh, walaupun
papa sangat jarang pulang, tapi aku tau banget kalo papa pulang pasti langsung
nonton berita. Kenapa malah gak ada? Ah mungkin lagi tidur atau mungkin malah
udah pergi lagi” Zanica bicara sendiri. Setelah selesai dari kamar mandi, saat
ia ingin kembali ke kamar, ibu nya pulang
“Nica, papa udah
dateng?”
“Udah kok, kayak
nya sih lagi tidur di kamar” ibu Zanica masuk ke kamar dan tiba-tiba…
“AAAAAAA……” ibu
Zanica berteriak. Zanica yang kaget segera pergi ke kamar orang tua nya, dan ia
melihat ayahnya yang sudah terbujur kaku di lantai
“AAAAAAA….. ma
ada apa ini? Pa…. pa…. papa…. Papa kenapa bisa jadi begini?”
“Ma… ma…. Mama
juga gak tau. Nica cepat kamu hubungi polisi, eh tidak rumah sakit saja, eh
tidak telfon pamannya Irfan saja. Yah siapa saja lah, cepat”
Zanica lalu
menelefon Irfan , kebetulan pamannya sedang ada di rumah. Selain itu Zanica
juga menghubungi rumah sakit terdekat. Irfan dan paman nya segera pergi ke
rumah Zanica, untung lah jarak rumah mereka tidak begitu jauh. Paman Irfan kebetulan
adalah seorang detektif
“Sebenarnya
bagaimana kejadiaan nya? Dan siapa yang pertama kali melihat ayah mu?” Tanya
paman nya Irfan pada Zanica saat ambulans dating
“Saya” kata ibu
Zanica “Saat saya pulang, saya lang-sung masuk ke kamar. Dan ketika saya masuk
saya melihat mulutnya mengeluarkan darah dan di tangannya ada sebuah jarum
suntik. Saat saya meraba nadi nya denyutnya sudah tidak ada” jelasnya
“Di mana jarum
suntik nya? Lalu apa jendela nya terbuka saat masuk ke sini?”
“Disana,
sepertinya disana” Ibu Zanica menunjukkan tempatnya. Suntikan itu berada di
samping lemari ”Pintu dan jendela tidak terbuka, bahkan terkunci”
“Tidak salah
lagi. Dia tewas bunuh diri dengan menyuntikkan racun ke tubuhnya” jelan paman
Irfan sambil melihat-lihat cairan yang ada di dalam suntikan itu
“Tidak, itu
tidak mungkin” sangkal Zanica
“Sudahlah, Nica,
itu sudah terjadi. Waktu tak dapat di putar ulang” Irfan menenangkan Zanica.
Di tempat lain,
seorang anak perempuan sedang memberskan barang-barangnya karena ingin pindah
“Yuri…. Kamu
udah beresin barang-barangkamu?”
“Ini lagi di
beresin kok ma. Oh iya, kenapa sih kita pindah ke Jepang?”
“Mama kan udah
bilang kalau mama ada pekerjaan di sana”
“Trus papa
gimana?”
“Kenapa kamu
nanya in papa kamu terus? Mama kan udah pernah bilang nanti kamu mama temuin
sama papa kamu”
“Tapi kapan ma?
Dari kecil sedikit pun gak ada yang aku tau tentang papa. Papa benci ya sama
aku sama mama makanya dia gak mau nemuin kita? Aku malu tau sama temen-temen
ku. Aku tuh di bilang orang aneh dan macem-macem lah”
“Yuri…. Mama
yakin kamu bukan satu-satu nya yang….” tapi sebelum ia melanjutkan
kata-katanya, Yuri pergi ke kamarnya. Walau belum saling kenal Yuri, Irfan dan
Zanica memang mempunyai nasib yang sama, mereka tidak mengenal ayah mereka.
**********
Bab 1
Beberapa tahun pun berlalu.
Kini umur Zanica dan Irfan sudah 14 tahun. Mereka sekarang sudah kelas 3 SMP.
Mereka sekolah di SMP yang sama hanya saja
tidak sekelas.
“Nica, kudengar
ada murid baru kls 9 di sekolah ini. Tanggung banget ya kelas 9 malah pindah
sekolah. Apalagi se bulan lagi ulangan semester an”
“Baru tau
sekarang ya? Payah, mereka tuh udah pindah ke sini sebulan yang lalu tau.”
Ledek Zanica
“Ya maaf, maklum
lah kelas 99” kelas Irfan letaknya di lantai 3. Bersebelahan dengan kelas 8. Dan
di sepanjang lantai 3 di sekolah mereka itu, hanya kelas 99 lah kelas 9 yang
ada di lantai itu. Terkadang anak-anak kelas 9 yang lain juga sering meledek
anak 99 karena letak kelas mereka.
“Eh emang anak
baru itu di kelas berapa?”
“Salah satu nya
sih kelas 94, sekelas sama aku”
“Salah satunya?
Memang ada berapa?”
“Dasar anak 99.
Ada 2, yang satu nya di kelas 93, yang bersebelahan sama kelas ku”
“Owh, katanya
mereka pindahan dari luar negeri. Bener tuh?”
“Yap, 100 untuk
99. Yuri yang sekelas sama ku itu pindahan dari Jepang sedangkan Marvel, yang
kelas 93 itu pindahan dari Amerika. Tapi katanya mereka juga orang Indonesia,
bahkan lahir di Indonesia juga” sejenak tidak ada percakapan
“Nica, aku punya
ide”
“Ide apa?”
“Bulan depan kan
ulangan akhir semester. Bagai-mana kalau saat liburan semester nanti kita ajak
mereka ke villa milik pamanku?”
“Villa paman mu?
Maksud mu kita ber 4 ke villa pa-man mu? Hanya ber 4? Kau hanya bercanda kan?”
“Aku serius,
Zanica. Kenapa? Kamu takut ya?”
“Bukan begitu. Tapi
hanya kita ber 4 ke villa pamanmu yang seperti itu? Lagipula apa mereka mau?”
“Soal itu mah
gampang. Lagi pula kan masih ada waktu 2 bulan lebih untuk kita nge bujuk
mereka. Dan dengan kemampuan SKSD ku, aku pasti bisa bujuk cewek Jepang itu.
Nah kamu tinggal urus deh tu cowok Amrik”
“Dasar,bilang
aja pengen tebar pesona sama anak baru. Udah entar aku yang coba tanya sama
Yuri, aku kan sebangku sama dia. Trus baru kamu gunain taktik SKSD itu buat
bujuk Marvel”
“Whatever deh”
“Jangan kecewa
gitu dong” beberapa saat kemudian bel masuk berbunyi. Irfan kembali ke
kelasnya, begitu pula dengan Zanica
**********
Keesokan
hari nya, saat pelajaran pertama ternyata guru yang mengajar kelas 94 saat itu
berhalangan hadir. Guru piket datang ke kelas itu untuk memberikan tugas dari
guru yang berhalangan hadir tersebut. Walaupun sudah di beri tugas, suasana di
kelas itu cukup berisik. Banyak anak yang asyik mengobrol tentang liburan
daripada mengerjakan tugas. Zanica memanfaatkan kesempatan itu untuk me-nawarkan
ide Irfan itu ke Yuri. Ia sangat sangat berharap Yuri tidak mau.
“Yuri,
kamu ada rencana gak mau liburan kemana?”
“Enggak
sih, kamu?”
“Rencana
nya sih, aku sama temenku mau menginap di villa milik pamannya teman ku. Tapi
katanya dia ingin aku mengajak mu. Kamu mau?”
“Mau
banget. Tapi siapa temen kamu yang nyuruh ngajak aku. Trus kita ke sana naik
apa?”
“Namanya
Irfan. Dia kelas 99. Begitu dia tau ada anak baru, dia langsung minta aku buat
ngajak anak baru itu, ya salah satu nya kamu”
“Owh
Irfan, Irfan Adrian? Yang katanya jago fisika itu ya? Oh iya tadi kamu bilang
salah satu nya aku. Apa itu ber-arti Marvel juga kalian ajak?”
“Iya,
kamu juga kenal sama Marvel?”
“Ya
jelas dong. Kita kan sama-sama anak baru. Waktu aku mau daftar ke SMP ini kan
aku ketemu sama dia. Dia orang nya dingin banget. Aku minta kenalan aja dia
jawabnya tanpa ekspresi gitu. Dan bukan itu aja, saat ditanya-tanya sama
kep-sek tuh dia jawabnya juga tanpa ekspresi. Horror banget tuh orang” Zanica
jadi melamun. Ia memikirkan bagaimana jika acara mereka itu jadi dilakukan.
Sepertinya akan mengerikan jika menginap di villa yang mengerikan yang di
dalamnya banyak foto-foto mengerikan bersama orang yang sifatnya mengerikan
seperti Marvel
“Nica,
Zanica, kamu melamun ya?”
“Eh,
tidak kok” beberapa menit tidak ada percakapan lagi. Mereka mengerjakan tugas
yang di berikan. Sampai akhirnya bel istirahat pun berbunyi
**********
Jam
istirahat kali ini justru Zanica yang ke kelas Irfan. Ia bermaksud mengenalkan
Irfan pada Yuri. Tapi baru saja ingin pergi, Irfan malah datang
“Nica,
gimana sih, katanya mau ke kelas ku?”
“Tadi
nya juga kita mau ke sana tapi kamu aja yang tiba-tiba dateng. Oh iya Fan
kenalin, ini Yuri”
“Oh
kamu yang namanya Irfan. Kamu yang ngajak aku ikutan acara liburan kalian”
“Iya,
betul banget”
“Betul
aja. Oh iya Fan kamu udah ngajakin Marvel? Gimana dia mau gak?”
“Boro-boro
ngajak. Tau yang mana orang nya aja enggak”
“Dasar
anak 99”
“Maaf,oh
iya Yuri kamu mulai tinggal di Jepang dari kapan?”
“Sejak
pertengahan kelas 3 SD keluargaku pindah ke Hiroshima karena ibu ku kerja di
sana”
“Trus
kenapa kembali ke Indonesia?”
“Aku
juga gak tau. Tapi ibuku bilang karena ada kemungkinan ayah ku ada di
Indonesia?”
“Ada
kemungkinan? Jadi kamu ke Jepang gak sama ayah kamu?”
“Jangankan
pergi ke Jepang bareng. Ketemu sama ayah aku aja aku belum pernah. Kalau pun
pernah paling waktu aku masih belum bisa inget apa-apa alias pas aku bayi”
“Ternyata
kita ber tiga sama ya”
“Jadi
kalian juga…. Wah sepertinya kita memang di takdirkan untuk bersama…. Hiks…
hiks aku jadi terharu” Walaupun Yuri bilang terharu tapi wajah nya tidak
mengatakan hal yang sama. Tidak lama kemudian Marvel datang mendekati mereka
ber 3.
“Apa
diantara kalian ada yang bernama Zanica?”
“Ya,
itu nama ku. Kau Marvel kan? Ada apa?”
“Tidak…
hanya… lupakan” ia pun langsung pergi
“Oh,
itu yang namanya Marvel” kata Irfan santai seakan tidak melupakan sesuatu tapi
kemudian dia berteriak sambil mengejarnya “Hei… hei… tunggu…. Tunggu dulu”
Marvel akhirnya berhenti “Hei, kau murid pindahan yang dari Amerika itu kan?”
“Ya”
tanpa ekspresi
“Kenapa
kau pindah ke sini?”
“Aku
hanya mengikuti ibuku saja. Kalau ada yang ingin kau tanyakan lagi tanyakan
saja, kalau tidak aku akan pergi”
Benar
apa yang di bilang Yuri, Marvel sikapnya me-mang dingin. Dia tidak pernah
menunjukkan ekspresi nya saat berbicara. Karena sikapnya itu dia pantas di
sebut orang yang misterius.
Tapi
walaupun di bilang misterius bukan berarti ia memiliki wajah yang mengerikan.
Justru malah sebaliknya, ia kelihatan keren dan tampan. Dengan tinggi 170 cm,
kulit putih bersih, hidung mancung, dan tampang nya yang 11 12 dengan
artis-artis terkeren di dunia sudah cukup membuat cewek-cewek di sekolah
tergila-gila dengannya sampai tak memikirkan sikapnya itu
“Tunggu,
saat liburan semesteran nanti aku dan teman-teman ku berencana ingin pergi ke
suatu tempat. Apa kau mau ikut?” sikap SKSD Irfan mulai muncul
“Siapa
kau?”
“Namaku
Irfan, aku kelas 99. Rencana nyaliburan kali ini aku dan juga teman-teman ku
ini ingin berlibur ke villa paman ku. Kau mau ikut?”
“Irfan?
Irfan Adrian? Paman mu Ronny kan?”
“Ya,
kau kenal paman ku?”
“Ibu
ku adalah teman baik paman mu. Dan ibu ku juga bilang kalau kami pindah ke
Indonesia karena ibu ku akan bekerja di kantor yang di rekomendasikan paman mu”
“Kalau
ibu mu adalah teman baik paman ku, apa ibu mu atau kau sendiri pernah mendengar
kabar tentang ayah ku? Apa paman ku pernah bilang sesuatu tentang ayah ku pada
ibu mu? Yah paling tidak nama ayah ku gitu?”
“Yah
mungkin saja pernah, tapi aku tidak tau. Jangan-kan bercerita tentang ayah mu,
ibu ku bahkan belum pernah mengatakan apapun soal ayah ku”
“Wow…
tidak ku sangka kita ber 4 sama-sama tidak mengenal ayah kita sendiri. Entah
ini bisa di bilang keren atau aneh. Dulu aku merasa bahwa aku orang yang paling
aneh di dunia karena tidak mengenal ayah ku sendiri. Tapi karena kita semua
sama aku jadi tidak begitu merasa aneh” sambung Yuri
“Jadi
gimana? Kalian mau ….?”
“Yah
aku sih setuju, kan aku sudah bilang sama Nica”
“Aku
ikut”
“Zanica
gimana? Kalau takut mending gak usah”
“Siapa
yang takut. Aku ikut kok”
“Oke,
bagus deh. Nanti hari pertama liburan langsung kumpul di lapangan di samping
sekolah ini jam 7 pagi.
“Hellooo….
Bahkan ulangan saja belum tapi tempat berkumpul sudah di tentukan”
**********
Setelah
lama menunggu akhirnya liburan pun datang. Mereka berkumpul di tempat yang
sudah di tentukan. Yuri dan Marvel sudah datang, tinggal menunggu Zanica, Irfan
dan paman nya saja. Tapi Zanica, Irfan,
dan paman nya baru datang setelah setengah jam Yuri dan Marvel menunggu
“Sorry
ya, telat dikit”
“Telat
setengah jam di bilang dikit”
“Ini
juga gara-gara Zanica yang mandi nya lama”
“Apa
kalian serius hanya ber empat saja? Kalian tidak takut? Paman juga sedang
libur, kalau kalian mau biar paman juga ikut”
“Takut?
Umur kami sekarang kan sudah 14 tahun. Masa cuma kayak gitu aja takut sih. Ya
kan Zanica?”
“Aku
langsung tau maksud mu”
“Irfan,
sepertinya kamu sekarang jadi yang paling kecil ya?” ledek paman nya.
Sebenarnya Irfan tidak lah pendek hanya saja Marvel, Yuri dan Zanica yang
terlalu tinggi
Perjalanan
ke tempat yang di tuju cukup jauh, mereka memerlukan waktu lebih dari 2 jam untuk sampai. Dan karena jalan yang macet
dan banyak lampu merah, perjalanan terasa semakin lama. Akhirnya setelah kurang
lebih 3 setengah jam di perjalanan, mereka sampai di tempat yang di tuju
“Jauh
banget…. Ini sih pulang kampong namanya” keluh Yuri
“Ini
karena macet, biasanya juga 2 jam sampe”
“Jadi
ini villa nya?” tanya Marvel
“Masih
serem aja, Fan, kayak dulu” sambung Zanica
“Gak
tau tuh. Padahal udah pernah di renovasi”
“Yaudah
deh, paman pulang dulu. Tiga hari lagi baru kalian saya jemput. Trus kalo ada
apa-apa segera kabari ya”
“Oke
deh”
“Nica,
tadi kamu bilang masih serem aja kayak dulu. Emang kamu pernah ke sini
sebelumnya?”
“Pernah,
beberapa kali. Terakhir sih pas aku umur 9 tahun, tepatnya beberapa hari
setelah papa ku meninggal” kali ini Zanica yang tidak menunjukkan ekspresi saat
bicara
“Oh…
maaf”
“Iya
gak apa-apa”
Mereka
ber 4 masuk ke dalam villa itu. Di dalamnya banyak terdapat lukisan-lukisan
anak perempuan. Selain itu banyak pula foto-foto aneh dan cermin-cermin yang
sangat besar di setiap kamar
“Rasanya
seperti mengunjungi rumah hantu ya”
“Tau
tuh. Lagian kenapa sih lukisan itu dari dulu di pajang sebanyak itu? Kenapa gak
di taro di gudang? Aku yakin pasti belum pernah ada yang pake villa ini selain
keluarga kamu. Ya kan?”
“Gak
juga sih. Lebaran tahun lalu ada satu keluarga yang nyewa villa ini. Tapi emang
sebenernya villa ini villa khusus keluarga aku sih.”
“Trus
kenapa di sewa in?”
“Ada
yang minta. Yah masa rezeki di tolak… hahaha. Gak deh, aku juga gak tau. Paman
ku memang agak aneh. Aku juga pernah bilang soal lukisan-lukisan itu tapi dia
bilang villa ini sudah kosong selama beratus-ratus tahun, dan benda-benda di
dalam villa ini juga udah beratus-ratus tahun umur nya. Bahkan katanya setengah
dari harga villa ini hanya buat lukisan sama foto-foto aneh itu” sesaat tak ada
per-cakapan, kemudian Irfan kembali melanjutkan “Oke, aku sama Marvel pake
kamar depan dan kalian boleh pake kamar yang di sana atau di belakang juga
boleh”
“Irfan,
Nica, Yuri”
“Kenapa?”
“Gak
aku Cuma firasat kalo paman nya Irfan gak bakal ketemu kita 3 hari lagi”
“Maksudnya?”
“Aku
rasa ada sesuatu yang membuat kita bertahan di tempat ini. Dengan kata lain
tidak bisa keluar. Maksud nya ada sesuatu yang bakalan terjadi sehingga kita
gak bisa pulang ke rumah” jelas Marvel dan langsung ke kamar nya bersama Irfan
untuk ganti baju.
Mereka ber 4
lalu keluar villa untuk pergi ke sebuah pemandian yang tidak jauh dari villa.
Suasana di sana sepi sekali. Paling-paling hanya satu atau dua orang yang
melintas. Zanica melihat sosok seseorang di dasar pemandian itu. Orang itu
sepertinya tenggelam. Zanica menyelam ke dasar, ia melihat darah mengalir di
sekitar orang tersebut. Ia pun naik ke permukaan dan mencoba membersihkan
matanya. Ia tak percaya dengan yang ia lihat. Anehnya saat ia naik ke
permukaan, ia tak melihat darah itu. Sesaat kemudian ia menyelam ke dasar lagi.
Darah itu masih mengalir, namun orang yang ada di dalamnya menghilang. Zanica
pun kembali ke permukaan lagi, tapi saat ia ingin ke permukaan ada sebuah
tangan yang meraih kakinya. Tangan itu berlumuran darah. Ia mencoba menahan
Zanica, Zanica mencoba melepaskan kakinya dari tangan tersebut dan berhasil,
namun pergelangan tangan sosok itu juga terputus.
“Zanica… Kamu
kenapa?” tanya Yuri
“Aku hanya….
Sudahlah tidak terlalu penting. Ayo kita kembali ke villa”
“Ada apa Nica?
Sudahlah ceritakan saja”
“Ok, jadi
begini….”Zanica lalu menceritakan soal semua tangan, darah dan sosok itu
“Sudahlah, tidak
perlu difirkan, mungkin itu Cuma halusinasi mu dan yang membuat kaki mu
terjebak itu mungkin hanya sebuah ranting, lihatlah… banyak ranting di sekitar
sini. Lebih baik sekarang kita kembali ke villa”
Setelah itu mereka kembali ke villa, setelah
sholat ashar mereka bermaksud untuk acara barbeque an, juga sambil bercanda daan
berbincang bersama. Semua acara melelahkan mereka selesai juga. Kini sudah
malam, mereka pun pergi ke kamar masing-masing untuk tidur.
“Aku
tetep gak ngerti”
“Apanya?”
“Itu
yang di bilangin sama Marvel”
“Zanica,
emang kamu gak tau, Marvel itu kan bisa ngeliat masa depan”
“Hah?
Masa sih? Kamu tau dari mana?”
“Aku
pernah denger-denger aja ada anak 93 yang bilang gitu.”
“Oh
gitu, udah ah tidur aja yuk”
“Ok,ok”
Malam
itu terasa sangat dingin melebihi biasanya. Entah karena suhu saat itu yang
memang rendah atau karena suhu ibu kota yang mereka rasakan selalu panas. Yah
mungkin dua-dua nya. Karena cuaca dingin Zanica dan Yuri jadi susah tidur.
Mereka meneruskan berbincang-bincang untuk membuat rasa kantuk (sebenarnya
keadaan seperti itu di tambah kelelahan menjalani aktivitas hari ini justru malah membuat Yuri cepat mengantuk,
tapi untuk menemani Zanica ia jadi pura-pura tidak bisa tidur). Beberapa menit
kemudian Yuri menyerah, ia tertidur lebih dulu. Sementara Yuri tertidur, Zanica
pergi ke teras
“Kok
susah banget tidur sih?” tanya Zanica pada dirinya. Tiba-tiba Irfan muncul dan
mengagetinya
“Woy…
ngapain disini?”
“Ah,
bikin kaget aja. Aku gak bisa tidur tau”
“Sama
dong. Eh iya kamu ngerti gak yang di bilangin Marvel itu?
“Sama
sekali enggak. Kamu?”
“Aku
juga bingung. Apa maksudnya kita bakal di culik jin terus di taro di tengah
hutan dan….”
“Udah
udah. Orang serius malah becanda.” Beberapa saat kembali tak ada suara “Fan
kamu cium bau itu gak?”
“Bau?
Eh iya ini bau apaan? Kok kayak ada yang di bakar. Apa ada penduduk yang bakar
sampah ya?”
“Mung…
tapi bau nya deket, jangan-jangan villa ini…” Irfan dan Zanica berpandangan
beberapa saat dan langsung berlari ke arah bau hangus itu “Tuh kan bener Fan
apa yang aku bilang” Zanica panik sampai-sampai ucapannya terbata-bata
“Nica
kamu bangunin Yuri sama Marvel sekarang dan aku bakal cari bantuan”
“Ok,
ok. Cepat ya Fan”
**********
Bab 2
Irvan pun pergi mencari
bantuan sementara Zanica segera pergi ke kamar nya untuk membangunkan Yuri
“Yuri….
Yuri cepat bangun. Kebakaran… villa ini kebakaran. Yuri…. Yuri bangun”
“Apa
maksudmu?” tanya Yuri yang masih 1/2 sadar “Ada apa ini? Kenapa villa ini bisa
terbakar”
“Sudah
lah yang penting kita harus segera keluar dulu dari tempat ini” mereka ber 2
segera berlari keluar dari villa.
“Dimana
Marvel dan Irfan?”
“Irfan
sedang cari bantuan. Lalu Marvel…. Oh ya Allah Marvel masih di dalam. Yuri kamu
tunggu Irfan di sini, aku akan ke dalam menolong Marvel”
“Ok…”
Sementara Yuri menunggu Irfan, Zanica masuk ke kamar Marvel dan Irfan. Di sana
Marvel tengah bersandar di tembok dengan wajah yang sangat ketakutan. Ini
pertama kali nya Zanica melihat ekspresi di wajah Marvel
“Marvel…
ayo kita keluar dari sini”
“Za…
Za…. Zanica… a…a” kata Marvel terbata-bata
“Sudah
nanti kita bicara di luar,ayo cepat” Zanica menuntun Marvel keluar. Jarak
antara kamar Marvel sampai luar villa sebenarnya tidak jauh, tapi entah mengapa
rasanya seperti jalan jauh saja bagi Zanica. Ia terus menerus menghalangi matanya
untuk bertatapan dengan Marvel karena entah kenapa perasaan yang aneh muncul
‘Aduhhhh!! Kenapa sih ini? Apa jangan-jangan
aku…. Gak gak gak boleh. Zanica kamu gak boleh pikirin itu seka-rang’
katanya dalam hati
“Lho
kenapa kalian cuma ber dua? Irfan, bukannya kamu bilang akan cari bantuan?”
“Iya,
Nica tadi aku udah cari bantuan ke mana-mana, tapi entah kenapa gak ada satu
orang pun yang terlihat”
“Zanica,
apa yang terjadi dengan Marvel?” tanya Yuri
“Aku
juga gak tau, pas aku ke kamarnya aku liat Marvel sudah seperti itu” ia melihat
Marvel lagi dan berkata “Kamu kenapa? Ayo, kita harus cepat pergi dari sini.
Api nya semakin besar”
Owh ya ampum kenapa sih ini???? Zanica bukan
saat nya ngurusin perasaan kamu. Sekarang harusnya kamu pikirin keadaannya
Marvel
“Zanica,
kamu kenapa senyum-senyum sendiri nge-liat Marvel? Orang lagi kayak panik malah
senyum-senyum”
“Apa
sih Fan. Aku tuh…”
“Yaelah
aku bercanda kali. Udah kalian duluan aja, aku yang akan tuntun Marvel”
“Ya
udah”
Tiba-tiba
ada seekor kucing yang melintas di dekat mereka, namun kucing itu kembali lagi,
seperti ingin me-nunggu mereka. Kucing itu agak berbeda dengan kucing lain.
Mereka pun berjalan mengikuti kucing itu. Mereka berjalan tanpa arah tujuan
yang jelas. Di sekeliling mereka hanya ada pepohonan tanpa ada rumah penduduk.
Mereka juga tidak mengerti ke mana kucing itu membawa mereka. Sesekali mereka
mencoba berjalan ke arah yang berbeda dari kucing itu, tapi setiap itu terjadi
mereka akhirnya bertemu lagi dengan kucing yang sama. Karena tidak ada pilihan
lagi mereka terpaksa mengikuti kucing itu lagi
**********
Setelah
beberapa lama mereka berjalan akhirnya mereka sampai di suatu desa. Kucing itu
kemudian tidur di depan sebuah rumah yang sangat besar dengan tiga lantai. Lalu
mereka pun ber istirahat di depan rumah yang sangat besar itu.
“Fan,
kita dimana?” tanya Yuri
“Gak tau. Tanya
aja sama tuh kucing”
” Orang serius
juga”
“Yah gak ada
sinyal lagi di sini” keluh Zanica, kemu-dian ia mengatur nafasnya dan bertanya
kepada Marvel “Oh iya, Vel, tadi kamu kenapa sih? Baru kali ini loh aku ngeliat
orang yang tanpa ekspresi kayak kamu ketahutan? Apa rumah kamu pernah
kebakaran?”
“Bukan… aku
hanya…. Yah bisa dibilang dejavu”
“Dejavu?”
“Ya, setiap aku
ngeliat api yangbesar naku jadi nge-rasa kalau aku pernah ada dalam kebakaran
besar. Trus setiap aku coba inget-inget aku…aku… pokoknya gitu deh. Susah untuk
di jelasin”
“Iya, aku
ngerti. Tapi sekarang kamu udah gak kenapa-napa kan?”
“Enggak kok.
Zanica mendekatlah aku ingin menga-takan sesuatu” Marvel lalu membisikkan
sesuatu di telinga Zanica yang membuat Zanica kaget.
“Tapi, untuk
apa?”
“Sudah yang
penting kamu harus lakukan itu. Nanti nya juga kamu tau kenapa”
“Ngobrol apa
sih? Kita gak boleh tau nih?” tanya Irfan
“Nanti juga
kalian akan tau. Tenang aja.”Tiba-tiba seorang anak keluar dari rumah itu.
“Kalian siapa?
Kenapa ada di depan rumah ku?”
“Oh maaf, namaku
Irfan”
Kemudian ada
seorang laki-laki yang datang dan berkata “Ras…. Laras!! Oh kamu lagi ngobrol
sama temen-temen kamu. Tapi sepertinya aku belum pernah melihat teman-teman mu
ini”orang itu sepertinya saudara dari perempuan itu. Dan dari identifikasi
Zanica sepertinya orang itu berusia sekitar 18 atau 19 tahun
“Yah pastinya kakak belum pernah lihat. Aku
saja baru pertama kali melihat mereka”
“Di luar dingin
lebih baik kita ngobrol di dalam saja”
“Iya…. Terima
kasih”
“Kalau boleh tau
bagaimana cara kalian datang ke tempat ini? Tidak banyak orang yang mengetahui
tempat ini”
“Kami tersesat”
jawab Marvel singkat
“Oh iya kami lupa
memperkenalkan diri. Nama ku Yoga dan dia adik ku, Laras”
“Senang
berkenalan. Nama ku Zanica dan ini Irfan, Yuri, dan juga Marvel.”
”Kalian bilang
kalian tersesat kan? Berarti kalian tidak tau akan tinggal di mana. Karena hari
sudah malam, sebaik nya kalian menginap saja dulu di sini. Yah paling tidak
malam ini atau ya sampai kalian menemukan jalan pulang”
“Terima kasih.
Ngomong-ngomong apa aku boleh bertanya sesuatu?”
“Silahkan”
“Rumah ini
sangat besar, apa hanya kalian ber dua yang tinggal di rumah ini?”
“Tidak juga.
Kami tinggal bersama ayah kami. Rumah ini adalah rumah peninggalan ibu ku.
Sebelum ibu ku meninggal, ia membeli rumah ini dan mengajak kami ber 3 tinggal
di sini. Aku juga heran mengapa ibu ku membeli rumah di tempat yang seperti
ini. Beberapa bulan kemudian ibu ku meninggal. Dan sejak itu ayah kami
mengatakan bahwa apapun yang terjadi kami harus tetap tinggal di rumah ini
karena rumah ini adalah peninggalan satu-satu nya dari ibu kami. Dan sejak saat
itu pula ayah kami menjadi selalu murung, sering bicara sendiri, behkan
terkadang marah dan menagis tanpa sebab” jelas Yoga. Tiba-tiba keluar seseorang
dengan wajah yang sepertinya marah. Zanica memandangi orang itu dengan teliti
sampai letak tanda lahir kecil di dekat telinga orang itu juga tahi lalat kecil
di telunjuk tangan kiri orang itu tak luput dari pandangan nya. Tiba-tiba orang
itu berkata dengan marah
“Untuk apa
kalian datang ke sini. Apa pun usaha kalian akan sia-sia saja. Aku tidak akan
tertipu oleh omongan kalian lagi” dan kemudian orang itu masuk kembali
“Itu ayah kami. Seperti yang ku bilang tadi
dia memang suka marah-marah tanpa alasan. Apa ada yang ingin kalian tanyakan
lagi?” sambungnya
“Tidak…. Tidak
ada”
“Oke kalau
begitu biar ku tunjukkan kamar kalian. Laras, kamu antar Zanica dan Yuri ke
kamar nya”
Mereka diantar
ke kamar yang ada di rumah itu oleh Laras dan Yoga. Irfan dan Marvel di kamar
yang ada di lantai 1, sedangkan Zanica dan Yuri di kamar yang ada di lantai 2
(bersebelahan dengan kamar Laras). Dan karena hari sudah larut di tambah
keadaan tubuh mereka yang sudah sangat lelah, mereka langsung tertidur saat
menyentuh kasur.
**********
Paginya mereka
bangun sekitar jam 10 pagi. Suasana pagi di tempat itu tentu sangat berbeda
dengan pagi di rumah mereka. Walau pun sudah jam 10 udara nya tetap sangat
sejuk dan matahari bersinar lembut. Sangat berbeda dengan di tempat tinggal
mereka, walau masih jam 6 sekali pun udara sudah panas dan asap kendaraan
bermotor sudah bertebaran.
“Yuri… merasa
aneh gak?”
“Aneh? Apa yang
aneh Nic?”
“Semuanya.
Bayangin aja di tengah-tengah daerah yang bisa di sebut hutan ini ada sebuah
desa kayak gini. Dan di dalam desa yang sangat tersembunyi seperti ini, rumah penduduknya
rata-rata gede-gede dan bahkan rumah ini
saja 3 lantai. Dan apa iya ada orang yang mau kasih izin orang yang baru
pertama kali dia liat untuk tinggal di rumah nya? Oh iya satu lagi sebenernya
ada apa sih sama Marvel? Dia kok kemarin suruh aku kayak gitu ya?”
“Emang kemarin
Marvel bilang apa sih?”
“Dia bilang dia
ngeliat ada orang yang keluar dari sebuah kamar dan langsung marah-marah saat
kita lagi ngobrol-ngobrol. Trus dia minta aku perhatiin orang itu baik-baik.
Dia bilang aku harus hafalin wajah nya dan semua yang kelihatan, sampai tahi
lalat nya juga. Katanya sih dia juga gak tau kenapa. Yang jelas dia bilang dari
yang dia lihat, hanya aku yang bisa ngelakuin nya”
“Mungkin aja
sesuatu yang buruk akan terjadi sama ayahnya kak Yoga dan Laras. Oh, iya,
sekarang kamu hafal?”
“Ya”
Tiba-tiba
terdengar suara teriakan yang sangat keras, sepertinya suara itu berasal dari
kamar ayah Yoga dan Laras. Mereka pun segera berlari ke arah sumber suara.
Orang yang berteriak itu ternyata Irfan
“Hei ada a….
hah? Kenapa ini terjadi?” di ruangan itu ayah Laras dan Yoga sudah tak
bernyawa. Dari keadaannya dapat di pastikan bahwa ia tewas bunuh diri dengan
meng-antungkan dirinya
Beberapa saat
kemudian Marvel, Laras dan Yoga da-tang “A… ayah ke….. kenapa? Apa yang
terjadi?” tanya Laras kaget.
“Tadi Irfan yang
menemukan nya pertama kali. Kami berdua datang setelah kami mendengar suara
teriakan dia…. Laras, kak Yoga, seperti nya ayah kalian bunuh diri” jelas Yuri.
“Apa mungkin
ayah bunuh diri karena sudah tak tahan lagi di tempat ini? Aku benar-benar tak
percaya kejadian ini” sambung Yoga
“ Kak Yoga,
Laras, aku memang gak kenal sama ayah kalian jadi aku gak tau gimana kondisi
psikologisnya. Tapi aku curiga kalau ini sebenarnya pembunuhan” kata Zanica
sambil melihat-lihat ruangan dan juga bagian-bagian tubuh korban dengan
menggunakan sarung tangan.
“Ihh Zanica kamu
gak ngeri?”
“Gak, yang
penting sekarang kalian telfon polisi atau rumah sakit”
“Oke, aku akan
panggil polisi dan warga sekitar”
“Aku ikut”
teriak Irfan dan langsung menyusul Yoga
“Sayang sekali
di tempat seperti ini tidak ada sinyal telepon. Kalau saja ada, jadi lebih
mudah”
“Sebenarnya di
daerah di ujung desa ini katanya sih ada sinyalnya” jelas Laras dan kemudian
mereka pergi mengunggu Yoga dan Irfan
Setelah sekitar
20 menit Yoga dan Irfan mencari bantuan mereka akhirnya kebali. Mereka datang
bersama beberapa polisi. Kemudian dua dintara polisi-polisi itu langsung
mengangkut ayah Yoga dan Laras
“Bagaimana, apa
ada kemungkinan dia di bunuh?”
“Tidak,
sepertinya tidak”
“Kau dengar? Ini
bukanlah pembunuhan Nica. Maka nya kau jangan menuduh Yoga dulu”
“Tidak ini
memang pembunuhan.”
“Kenapa kau bisa
bilang begitu?”
“Aku melihat
bekas darah yang sudah hampir membeku di kepala korban. Selain itu di bagian
kaki nya terdapat bekas tali, tali itu mungkin di gunakan pembunuh agar dia
tidak kabur. Kemudian, kalau di lihat dari postur tubuhnya kita jelas lebih
tinggi dari pada korban. Lalu bagaimana cara korban untuk mengikatkan tali itu
ke atas? Apalagi di ruangan ini tidak ada kiursi atau pun tangga yang bisa dinaiki
untuk mencapai tempat tali itu tergantung. Oke, memang di sini ada kursi tapi
jika aku menaiki kursi ini pun (Zanica menaiki kursi itu) tidak dapat
mencapainya. Butuh orang yang tinggi nya lebih dari ku untuk mencapai nya.”
“Kalau begitu
ada 3 petunjuk: pertama, bekas darah itu, kedua, jejak tali di kaki nya dan ke
tiga tinggi tali yang di gunakan”
“Sebenarnya ada
satu petunjuk lagi. Kemarin malam Marvel
menyuruh ku untuk memperhatikan ayah kalian (wajahnya mengarah pada Yoga dan
Laras). Dan ada sedikit perbedaan antara orang yang kemarin kita lihat dengan
korban itu. Di dekat telinga orang yang kemarin itu, ada sesuatu seperti tanda
lahir yang berbentuk bulat, sementara pada korban berbentuk persegi. Lalu ada
satu buah tahi lalat di telunjuk kanan orang yang kemarin, sementara pada
korban tidak ada. Dan satu lagi, ada sebuah tato kecil yang dimiliki orang
kemarin yang tidak dimiliki korban.”
“Jadi maksudmu
kemungkinan aku atau kakak ku yang membunuh ayah kami sendiri. Keterlaluan
sekali kau menuduh kami seperti itu” bentak Laras
“Ya, memang
bukan kalian ber dua. Karena pem- bunuh nya hanya 1” Zanica lalu mendekati Yoga
“Tega sekali kau membunuh ayah kandung mu sendiri”
**********
Bab 3
“A…. aku? Apa maksud ucapan mu?
Kalian tau kan aku selalu bersama kalian, terutama Marvel dan Irfan. Bagaimana
cara ku membunuh ayah ku?”
“Ya memang kau
tidak membunuh nya setelah kami datang. Tapi sebelum kami datang. Dan kau
menyuruh sese-orang untuk berpura-pura menjadi ayah mu saat kami sedang bersama
mu”
“Apa bukti nya?”
“Lihat!!” Zanica
memegang tangan Yoga “Walau pun bekas darah ini sudah lumayan pudar, tapi dapat
di pastikan bahwa ini adalah darah ayahmu yang kau bunuh sebelum kami datang.
Dan sebenarnya aku juga sudah melihat noda darah itu sejak kau menyuruh kami
masuk ke rumah kami semalam. Bahkan saat berkenalan pun kak Yoga tidak mau
menjabat tangan kami seperti Laras. Bukan kah, itu karena kak Yoga gak ingin
kami melihat noda darah itu? Ya kan?”
“Kakak, aku
tidak percaya kau ternyata…”
“Omong kosong…..
semua itu omong kosong. Darah… darah apanya? Ini bukan darah. Ini hanya… hanya”
“Semua sudah
jelas. Kakak membunuh ayah kakak sebelum kami tidak sengaja datang ke sini.
Sebelum kau membunuhnya kau mengikat kaki nya dan memukulnya dengan benda
keras. Untuk memberikan kesan ayah mu tewas bunuh diri, kau menggantung nya
sehingga terlihat seperti ayah mu yang menggantung diri nya sendiri. Setelah
itu kau bergegas menemui tamu yang tak di kenal dan mempersilahkan nya masuk
untuk member kesan kau bukan orang yang mencurigakan. Kakak menyuruh orang
untuk masuk dari jendela atau pun pintu belakang untuk ber pura-pura menjadi
ayah mu. Dan keesokannya setelah semua orang ke TKP kau segera pergi menemui
beberapa polisi yang sebenarnya juga adalah orang mu. Tidak mungkin kan ada
polisi yang tidak menyelidiki TKP sama sekali dan langsung membuat kesimpulan
begitu. Dan kurasa sepertinya kami datang ke sini bukan tidak sengaja, tapi
karena memang kau yang mengundang kami”
“Hahahahahahahahahaha…..
apa maksud mu? Lucu sekali kau. Aku mengundang mu ke sini? Untuk apa? Jadi
maksud mu aku yang membakar vila itu dan mengirimkan seekor kucing untuk
menuntun kalian ke sini? Lucu sekali”
“Dari mana kau
tau villa kami terbakar dan kami mengikuti seekor kucing untuk ke sini” tanya
Yuri
“Aku…. Aku
hanya……. Lagi pula apa maksud mu aku membawa polisi palsu? Aku pergi mencari
polisi bersama Irfan. Apa kau juga mencurigai teman mu?”
“Tidak. Karena
dia bukan Irfan yang sesungguh nya. Katakan dimana Irfan yang sesungguhnya
telah kau sembunyi kan?”
“Zanica kenapa
kau bisa berkata seperti itu? Kamu tidak percaya kalau aku itu Irfan? Aku
benar-benar Irfan” kemudian Zanica mendekati Irfan. Dan ia membuka topeng karet
yang di pakai nya. Seperti yang ia duga, dia memang bukan Irfan yang
sesungguhnya
“Kalian lihat
ini? Aku tidak asal kan? Kau pasti bingung kan kenapa aku tau kau bukan Irfan
yang sesungguh nya” diam sejenak “Aku tau karena kau telah member tau ku kalau
kak Yoga itu adalah pelaku nya”
“Maksud mu apa,
Nica?” tanya Marvel
“Apa kalian tidak
sadar? Saat polisi palsu itu bilang kalau ayah Laras dan kak Yoga meninggal
karena bunuh diri Irfan palsu ini berkata seperti ini ‘Kau dengar? Ini bukanlah
pembunuhan Nica. Maka nya kau jangan menuduh kak Yoga dulu’ itu berarti ia tau
bahwa pelakunya itu kak Yoga. Dan kenapa dia bisa tau? Karena dia bukan Irfan”
“Berarti semua
sudah terbukti. Jadi bagaimana kak? Apa ada alibi lain yang ingin kau
sampaikan?” kata Yuri
Namun ia tidak
menjawab. Tapi beberapa menit kemudian dengan terbata-bata dia pun berkata “Ya…
aku… aku memang yang telah membunuh ayahku”
“Apa alasan mu
melakukan semua ini pada ayah kandung mu sendiri. Dan aku juga yakin kalau
rencana pembunuhan seperti ini bukan kak Yoga yang membuat nya”
“Ayah? Ayah? Dia
bukan ayah ku. Dia ayah nya Laras Saat
aku berumur 5 tahun ibu ku menikah dengan orang itu. Dia bukan ayah ku. Dia
berkali-kali mencoba membunuh ibu ku, dan akhirnya ibu ku tewas karena dia.
Saat itu, ibu ku sedang sakit parah. Ayah tidak membolehkannya ke rumah sakit.
Dia bilang ibu ku akan baik-baik saja walau pun tidak ke rumah sakit. Saat ibu
ku sedang tertidur di kamar nya, ayah ku memaksa nya untuk bangun dan pergi ke
pasar yang jarak nya sekitar 2 km dari rumah ini. Ibu ku seharusnya menolak,
tapi ia malah tetap melakukannya karena takut pada ayah. Dia lalu ber jalan di
tengah deras nya hujan dan di tengah perjalanan, ibu ku pun tewas”
“Tapi balas
dendam dengan membunuh orang karena hal seperti itu bukanlah alasan”
“Memang bukan,
awal nya aku juga berfikir begitu. Tapi beberapa minggu setelah itu, ada dua
orang yang mendatangi ku saat aku sedang berada di luar rumah. Kata nya, mereka
anggota dari sebuah organisasi rahasia yang membantu membuat rencana
pembunuhan. Mereka mem-berikan rencana untuk membunuh ayah Laras. Aku pun
mengikuti rencananya. Mula-mula mereka menyuruh ku membunuh ayah ku dengan cara
yang tadi di katakan oleh Zanica. Sementara aku melakukan hal itu, dia membakar
villa kalian, membuat kalian mengikuti kucing itu dan meng-antarkan kalian ke
rumah ini. Aku menyuruh Laras membeli sesuatu agar bisa bertemu kalian dan
menjadikan kalian sebagai saksi alibi ku. Saat Laras sedang bertemu dengan
kalian sebenarnya aku sedang menggantung ayah. Dan karena tergesa-gesa aku
sampai lupa untuk menghapus noda darah ini dari tangan ku. Keesokan harinya,
pagi ini, aku menyuruh Irfan ke kamar ayah ku untuk memberi tau untuk sarapan,
agar dia yang menjadi orang pertama yang melihat ayah sehingga aku mendapatkan
alibi. Aku bergegas pergi untuk menemui polisi palsu yang sebenar nya adalah bagian
dari organisasi rahasia itu. Namun Irfan tiba-tiba mengikuti ku, aku takut ini
akan terbongkar jadi aku menyekapnya di suatu tempat dan menggantikan Irfan
dengan dia” Yoga menoleh sedikit pada Irfan palsu itu
“Berarti dia
adalah salah satu dari anggota organisasi rahasia yang kau maksud? lalu berapa
kau membayar nya sehingga mereka mau melakukan itu untuk mu? Dan berarti kau
tau bagaimana cara keluar dari tempat ini?”
“Kau terlalu
banyak bicara” kata orang itu sambil membuka jendela yang ada di belakang Yoga
dan mendorong Yoga sekaligus diri nya sendiri ke luar jendela. Yuri, Marvel,
Laras, dan Zanica segera berlarian keluar. Tapi saat mereka sampai di luar
rumah, tidak ada siapa pun di sana.
“Aneh, kenapa
mereka bisa hilang dalam waktu sekejap begitu?”
“Apa mungkin
Irfan palsu itu tidak mati dan ia membawa kak Yoga ke suatu tempat”
“Aku benar-benar
tidak menyangka bahwa kakak ku bisa melakukan hal seperti itu. Mungkin kalau
Irfan palsu itu tidak mendorongnya, kakak ku akan membongkar semua tentang itu”
“Laras, melihat
kejadian seperti ini aku jadi semakin penasaran dengan tempat ini. Maukah kau
mengantar kami berkeliling tempat ini? Yah sekaligus kita mencari Irfan yang
asli” pinta Yuri
“Boleh saja”
jawab Laras
“Tapi sebelum
itu lebih baik kita membawa beberapa buah pakaian. Yah untuk berjaga-jaga saja,
takutnya ada sesuatu terjadi” usul Marvel
“Benar juga,
ayo”
**********
Mereka lalu
masuk ke dalam rumah itu lagi dan membawa pakaian mereka. Setelah itu mereka
berkeliling di wilayah itu. Sementara itu di suatu tempat, Irfan yang di sekap
oleh Yoga bangun dari pingsan nya
“Hah…. Di mana
ini? Kenapa aku bisa berada di sini” ia lalu menghampiri sebuah pintu, saat
ingin membukanya ternyata pintu itu terkunci “Hei…. Siapa di luar, buka pintu
nya. Hei Yoga aku tau pasti kau pembunuh nya. Buka pintunya sekarang juga.
Zanica, Yuri, Marvel tolong aku” namun sayang
nya tidak ada yang menjawab
Di tempat lain,
Zanica, Yuri, Marvel dan Laras masih berkeliling-keliling. Semua bangunan yang
ada di tempat itu memang tampak aneh. Kebanyakan rumah-rumah di sana model nya
seperti sebuah villa atau motel. Jalanan nya juga sepi sekali, seperti tidak
ada orang di tempat itu.
Tiba-tiba mereka
di kagetkan oleh sebuah suara teriakan yang sangat keras. Mereka segera berlarian
ke arah sumber suara itu. Dan ternyata di sana ada seorang pria yang terbaring
di dalam rumah nya. Di dekat pria itu ada dua orang pria dan satu orang
perempuan, mungkin orang itu saudara korban
“Ada apa ini?”
“Aku tidak tau,
saat aku menemukannya dia sudah seperti ini” kata salah seorang pria itu
“Tolong
ceritakan lebih lengkap lagi”
“Sekitar satu
setengah jam lalu, aku dan kakak ku baru pulang ke rumah. Saat kami sampai,
saudaraku ini sudah ada di rumah lebih dulu. Karena aku sangat lelah, aku pun
segera ke kamar ku dan tidur. Kakak ku juga
terlihat lelah, ia langsung pergi ke kamarnya. Beberapa jam kemudian, saat aku
bangun perasaanku tidak enak. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi dengan kakaku.
Aku segera pergi ke kamar kakak ku, tapi seperti biasa pintu nya dikunci jadi
ku dobrak. Dan saat aku sampai, keadaan nya sudah seperti ini”
Keadaan di TKP
memang menbingungkan. Di sana korban tergeletak dengan darah berceceran di dahi
nya. Kemudian di lehernya menancap sebuah pisau. Tidak jauh dari tempat itu,
ada serpihan guci yang pecah. Jendela di ruangan itu pun tidak terbuka, bahkan
menurut keterangan saksi, pintu ini terkunci.
“Jadi, mungkin
pembunuhan ini dilakukan orang dalam” tebak Marvel
“Pelakunya orang
dalam? Apa maksud mu? Kenapa kau bisa bilang begitu?” tanya Laras
“Yah,
berdasarkan keterangan saksi jendela ini tertutup dan pintu terkunci. Aku
berfikir mungkin salah satu dari mereka adalah pelaku nya. Mungkin saja orang
tu menguncinya dari luar dan…”
“Maaf menyela,
tapi saat pintu ku dobrak handle pintunya copot, coba lihat ini. Jadi
kemungkinan dia me-ngunci pintu nya saat kejadian itu”
“Yang jelas
sekarang aku akan cari bantuan” kata pria yang lain. Tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki lagi. Orang itu mungkin adalah keluarga korban juga
“Apa yang
terjadi di sini?” tanya pemuda itu
“Paman?”
“Jadi paman juga
keluarga korban?”
“Korban? Apa
maksud mu? Ada apa dengan……”
“Sepertinya
keponakan paman telah di bunuh oleh seseorang. Tapi tidak usah khawatir, kami
akan membantu kalian untuk temukan pelakunya dan membongkar bagaimana cara
pelaku melakukan pembunuhan ini” jelas Marvel, sementara itu Zanica memeriksa
korban itu dengan teliti.
“Siapa kalian?”
“Namaku Laras,
aku tinggal di daerah sini juga, yah agak jauh dari tempat ini. Dan mereka
adalah tamu ku”
Beberapa menit
kemudian beberapa warga datang ke rumah itu untuk membawa korban. Semua sangat
terkejut saat melihat korban dengan kondisi yang sangat mengenas-kan seperti
itu.
“Sudah hampir
sore. Kalian ber empat sebaiknya pulang sekarang. Orangtua kalian juga pasti
khawatir”
“Ya, baiklah.
Tapi kami akan kembali besok untuk menyelidikinya. Apa boleh?” tanya Zanica
“Ya”
“Hei kau ingat
jalan pulang nya kan?” tanya Yuri
“Tidak, aku
tidak terlalu memperhatikan jalan tadi. Lagipula kan ada Laras. Kamu tau jalan
untuk pulang ke rumah kamu kan Ras?”
“Maaf Zanica,
aku…. Sebenarnya aku….”
“Jangan bilang
kamu lupa. Kamu kan tinggal di daerah sini mana mungkin kamu lupa, yak an? Kamu
sudah sering ke tempat ini kan Ras?”
“Maaf Nica
sebenarnya aku belum pernah sekali pun datang ke tempat ini. Yah walaupun aku
dan keluarga ku sudah lama tinggal di daerah sini, tapi aku belum pernah jalan
se jauh ini. Ini benar-benar pertama kalinya untukku”
“Lalu? Bagaimana
cara kita kembali ke rumah mu? Dan kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi?”
“Aku mau bilang.
Tapi ku fikir kita tidak akan jauh-jauh”
“Siapa sih nih
yang ngajak?”
“Nica, jangan
salahin aku dong. Aku kan cuma usul”
“Sudahlah,
kalian fikir saling menyalahkan akan menyelesaikan masalah? Dasar anak
perempuan” kata Marvel. Tiba-tiba salah seorang pemilik rumah itu lewat.
“Kalian belum
pulang? Kalau kalian tidak sedang buru-buru sebaiknya kita makan malam bersama
dulu”
“Terima kasih.
Kami memang tidak sedang buru-buru”
“Ya sudah ku
tunggu kalian di meja makan”
Saat makan malam
tiba. Makan malam berlangsung penuh keheningan, tidak ada percakapan apa pun.
Aneh, biasanya saat keluarga berkumpul, apalagi jika ada tamu pastinya makan
tidak akan sesunyi ini. Sampai akhirnya Yuri memulai percakapan
“Oh iya, kami
belum sempat memperkenalkan diri. Namaku Yuri. Dan teman-temanku ini Zanica,
Marvel, dan Laras”
“Senang
berkenalan. Aku juga ingat kami belum memperkenalkan diri. Nama ku Andri. Dan
saudara perem-puan ku ini namanya Revi. Dan pamanku ini bernama Alex” jawab
Andri
“Lalu kakakmu
yang…..?” tanya Marvel
“Kakak ku yang
meninggal itu maksudmu? Namanya Refan”
“Oh begitu. Oh
iya sebenarnya kami lupa jalan pulang, jadi apa bisa kami menginap di sini
sementara?”
“Tidak apa-apa
kalian boleh menginap di sini. Kebetulan kamarku cukup untuk 2 orang. Dan
kalian bertiga bisa memakai kamar kakak ku. Aku tidak keberatan”
“Tapi kasus
kematian kakak mu belum terungkap, jadi kamar kakak mu sebagai TKP tidak boleh
diapa-apa kan dulu”
“Ya sudah,
Zanica, kamu bisa menempati kamar ku. Dan di rumah ini juga masih ada 1 kamar
kosong lagi. Laras dan Yuri akan menempati kamar itu” sambung Revi
“Terima kasih,
maaf kami sudah merepotkan”
“Tidak apa-apa”
Sama seperti
saat di Villa dan di rumah Laras, Zanica juga tidak bisa tidur. Entah kenapa
belakangan ini ia menjadi susah tidur. Sambil mencari kantuk, dia
mencoret-coret kertas sambil memikirkan kasus itu
“Zanica,
tidurlah. Ini sudah malam”
“Maaf aku belum
mengantuk. Kau duluan saja, aku juga masih penasaran dengan ini”
‘Bagaimana ini?
Sebelumnya adik korban sedang tidur. Selain adik korban, di rumah hanya ada 1 orang. Berarti mungkin pelaku adalah Revi. Oh tidak tidak,
terlalu dini untuk menyimpulkan seperti itu. Bagaimana dengan pamannya? Tidak
tidak mungkin. Dia punya alibi karena ia baru datang sekitar 10-15 menit
setelah kami datang.
Yang terpenting
sekarang bagaimana pembunuhan ini di lakukan? Katanya korban mengunci pintunya.
Apa ini bunuh diri? Apa mungkin korban menjatuhkan guci itu karena kesal,
sampai-sampai mengenai kepalanya sendiri? Lalu bagaimana dengan pisau yang
menghancurkan tenggorokannya? Tidak ini memang bukan bunuh diri. Jika dia
memang igin bunuh diri kenapa harus dengan cara yang sangat mengerikan seperti
itu? Bisa saja kan dia menggunakan pisau untuk memotong nadinya, daripada
digunakan untuk menghancurkan tenggorokannya. Aku jadi bingung sekali. Sudahlah
sebaiknya aku tidur saja dulu’ batin Zanica
**********
Keesokan harinya
mereka bangun pagi-pagi. Hari ini Zanica berniat menyelidiki TKP sekali lagi.
Ia merasa ada suatu benda di TKP yang membuatnya penasaran. Sebelum itu mereka
menikmati sarapan bersama Andri dan keluarganya. Bahkan saat sarapan pun Zanica
masih memikirkan kasus itu. Sama seperti saat makan malam kemarin, mereka
sarapan tanpa bicara apa pun sampai akhirnya Revi berkata
“Jadi apa kalian
benar-benar serius ingin membantu kami menyelidiki kasus itu?”
“Ya tentu saja,
tidak apa-apa kan?”
“Tentu saja
tidak apa-apa. Malah kami berterima kasih kalau kalian mau membantu”
“Kalau begitu
aku akan ke kamar kak Refan untuk memastikan. Ngomong-ngomong semalam tidak ada
yang masuk ke kamar itu kan?”
“Tidak”
“Bagus kalau
begitu” Zanica pergi ke TKP bersama Laras. Namun ternyata keadaan di kamar itu
sudah agak berubah. Tapi karena perubahan itu tidak begitu terlihat, Zanica
segera menyelidiki ruangan itu tanpa curiga dan mencari-cari benda itu. Namun
Laras menyadari ruangan itu telah berubah
“Nica, kamu
merasa gak kalau ruangan ini keadaannya berbeda dari kemarin?”
“Gak tuh. Emang
apa yang berbeda?”
“Kemarin pecahan
guci itu tidak berada di tempat itu. Dan lagipula di dekat lemari itu ada
sesuatu yang mencurigakan. Benda itu terbungkus oleh plastic”
“Jadi kau juga
menyadari ada bungkusan itu? Sebenarnya aku juga sedang mencari bungkusan itu.
Oh ya Laras, kalau kamu bisa sadar hal itu kenapa kamu tidak bisa ingat ke mana
jalan kita pulang? Apa kau sengaja menahan kita di sini?”
“Sebenarnya aku
tau jalan untuk kembali ke rumah ku. Aku bahkan bisa mengingat berbagai hal
dengan cepat walaupun aku hanya melihatnya sekilas. Memang benar, aku menahan
kita di sini. Tapi itu untuk penyelidikan ini. Sekitar 3 tahun aku tinggal di
daerah sini dan pernah ku dengar juga di daerah ini sering terjadi pembunuhan
misterius. Beberapa diantaranya dibiarkan saja kasusunya. Saat aku melihat
kamu, Yuri, dan Marvel menyelesaikan kasus kematian ayah ku, aku tau kalian
bukan bukan orang sembarangan, terutama kamu Zanica”
“Saat melihat
pembunuhan yang ada di rumah ini, aku jadi penasaran soal ini. Aku juga ingin
tau apa isi bungku-san di sebelah lemari itu. Dan aku tau jika kemarin kita
pulang ke rumah ku, mungkin pelaku akan menghambat jalan kita ke tempat ini.
Dan biarpun kita akhirnya dapat kembali ke sini, belum tentu TKP nya tidak
diapa-apa kan sama sekali. Kita ada di sini saja ruangan ini sudah diubah.
Padahal aku yakin di dalam bungkusan itu ada petunjuk yang penting”
“Yah mungkin
saja. Oh iya tempat sampah. Aku yakin masih ada di sana”
“Betul juga”
Mereka lalu
mencari di sekitar tempat sampah di belakang rumah itu. Memang benar apa yang
di duga Zanica. Di tempat itu memang ada sebuah bungkusan kecil. Di dalamnya
terdapat walkman yang sudah rusak. Di dalam walkman itu ada sebuah kaset yang
juga rusak. Selain radio itu ada beberapa utas tali.
“Aku sudah tau.
Yah memang begitu caranya”
“Apa maksudmu
kau sudah tau? Jangan-jangan kau sudah tau bagaimana dia bisa dibunuh dan siapa
pelakunya”
“Yah bisa
dibilang begitu, walau ada beberapa hal yang aku blm mengerti. Tapi untuk siapa pelakunya aku masih belum tau. Lebih baik
kita cari tau dulu”
“Lalu? Bagaimana
cara pembunuhan itu?”
“Nanti aku akan
beri tau. Tapi aku yakin pelakunya adalah salah satu dari mereka”
“Berarti benar
perkiraan Marvel kalau pelakunya orang dalam”
“Yah belum tentu
bener sih”
“Yang jelas kita
tanya-tanya dulu kedekatan korban kepada keluarganya. Tapi harus hati-hati,
jangan sampai mereka jadi curiga dengan apa yang kita lakukan. Bilang saja kita
ingin lebih mengenal mereka atau apalah yang membuat mereka tidak curiga”
“Apa kita juga
perlu memberitau Marvel dan Yuri?”
“Yah, kurasa
mereka bisa membantu”
“Zanica”
“Ada apa?”
“Aku jadi
kepikiran sama Irfan. Dia ada di mana ya?”
“Oh iya, kok aku
bisa lupa sama Irfan ya. Gini aja deh, kita bagi tugas aja. Dua orang yang cari
Irfan, dua orang yang ngejalanin rencana”
“Yasudah. Tapi
maaf sepertinya aku lebih milih ngejalanin rencana kita deh daripada cari
Irfan”
“Ya, gak
apa-apa”
**********
Bungkusan itu di
simpan oleh Zanica. Mereka diam-diam memberitau rencana mereka ini pada Yuri
dan Marvel.
“Aku yang akan
cari Irfan, siapa yang mau ikut dengan ku?” tanya Zanica
“Aku ikut” jawab
Yuri
“Tidak. Jika aku
menjalankan rencana Zanica justru semua akan curiga. Aku yang tidak bisa
mengatur ekspresi yang keluar dari
wajahku seperti ini akan terlihat aneh bertanya-tanya soal itu. Mereka pasti
curiga. Aku yang akan mencari Irfan bersama Zanica” Zanica kaget, wajahnya
memerah dan keluar keringat dingin
“Ok, aku setuju.
Zanica? Bagaimana?” tanya Yuri, tapi Zanica tidak menjawab
“Zanica” panggil
Laras
“Eh iya, ada
apa? Oh….. aku sih terserah saja”
“Oh iya aku baru
inget. Tadi aku sempat tanya-tanya seputar kak Refan sama Andri. Dia bilang
saat ini adalah ulang tahun kak Refan yang ke 21 sekaligus ulang tahunnya yang
ke 15. Dan sebenernya kak Refan bukan kakak kandungnya Andri. Ayahnya
mengangkat Refan saat umur 3 tahun. Lalu Revi itu sebenarnya anak kembar. Nama
kembarannya Thomas, tapi kembarannya itu sudah meninggal karena sakit saat
mereka berusia 6 tahun. Mereka itu anaknya pamannya Andri, bukan paman Alex,
tapi yang lainnya lagi” jelas Yuri
“Tapi apa mereka
memberitau bagaimana kedekatan mereka dengan kak Refan?”
“Tidak. Mereka
hanya bilang mereka menyayangi kak Refan seperti keluarga kandung saja”
“Yah, pastinya
kalaupun ada saat dimana mereka tidak akur atau bertengkar serius mereka tidak
mungkin mengatakan itu pada kita kan? Apalagi kita baru saja mereka kenal”
“Iya sih… jadi
kurasa kita harus tinggal di tempat ini beberapa hari lagi. Untungnya kita bawa
beberapa baju”
“Zanica, kita
siap-siap sekarang. Kita harus segera mencari Irfan”
**********
Bab 4
Akhirnya mereka berbagi tugas.
Laras dengan Yuri yang menyelidiki kasus pembunuhan. Lalu Zanica dan Marvel
yang mencari Irfan. Yuri memulainya dengan Andri.
“Ayah sepertinya
semua yang kau katakan benar. Kurasa dia kembali lagi Ayah” Andri berbicara
sendiri
“Hei apa yang
kau lakukan di sini? Dan kenapa kau berbicara sendiri?” tanya Yuri
“Tidak, aku
hanya teringat oleh ayahku. Kau sendiri kenapa kau ke sini?”
“Aku hanya ingin
melihat-lihat rumah ini. Tidak apa-apa kan?”
“Tentu saja
tidak apa-apa”
“Andri, maaf
tadi aku mendengar ucapannmu. Apa maksudnya semua yang kau katakan benar?
Memang apa yang di katakan ayahmu?”
“Ayahku dapat
meramal dengan mimpi. Semua yang di mimpikan oleh ayahku itu benar-benar
terjadi. Tapi aku hanya menganggap itu kebetulan. Suatu hari ia bermimpi buruk,
ia bermimpi bahwa di tahun yang sama dengan tahun kematiannya, akan ada salah
satu anggota keluarga ini yang tewas karena di bunuh” ia diam sejenak kemudian
bicara lagi
“Awalnya tempat
ini adalah sebuah penginapan. Tapi sejak banyak terjadi hal-hal aneh di desa
ini, jangankan penginapan ini, desa ini juga ditutup. Tidak ada orang luar yang
mau masuk ke daerah ini karena aksesnya memang sulit”
“Hal-hal aneh?
Hal aneh apa?”
“Pertama terjadi
wabah penyakit aneh di desa tetangga. Kemudian wabahnya mulai menyebar ke desa
ini. Orang-orang menutup desa itu dan meninggalkan orang-orang yang terkena
wabah di desa itu agar mati dengan sendirinya di sana. Orang-orang yang belum
terkena wabah di pindahkan ke desa ini. Lalu setelah itu muncul berbagai kekacauan.
Kematian-kematian misterius terjadi. Polisi juga sudah menyerah dengan kasus
ini. Desa ini jadi tidak terurus lagi. Semakin lama orang-orang di luar sana
tidak banyak yang mengetahui tempat ini…… Tapi bagaimana cara kau teman-temanmu
sampai ke tempat ini?”
“Kami tersesat”
jawab Yuri singkat
**********
Di tempat lain
Zanica dan Marvel masih mencari Irfan. Di tengah jalan mereka menemukan
kerangka-kerangka manusia.
“Marvel,
lihat…..”
“Kenapa di
tempat ini ada kerangka manusia?”
“Vel, apa
mungkin di sekitar sini juga ada orang yang di bunuh?” mereka diam sejenak,
tiba-tiba ada seseorang yang lewat
“Permisi…. Apa
aku boleh bertanya sesuatu?”
“Ya, bertanya
apa?”
“Kami menemukan
kerangka itu. Kenapa ada…”
“Kalian pasti
bukan orang sini ya?”
“Ya, bagaimana
kau tau?”
“Semua orang
yang tinggal di desa ini juga pasti tau kalau di tempat ini memang sering
terjadi pembunuhan. Polisi saja sudah menyerah. Dan di tempat ini memang tidak
ada pemakaman, jadi orang-orang yang meninggal di kuburkan di sembarang tempat,
bahkan ada yang dibiarkan begitu saja” kemudian orang itu pun pergi.
“Vel, kita harus
segera mencari Irfan dan mencari jalan keluar dari tempat ini. Aku takut sekali
dengan tempat ini”
“Iya, kau benar”
Beberapa menit
kemudian mereka menemukan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sudah berkarat.
Ada seseorang di dalamnya dan ia berteriak.
“Zanica……
Marvel……. Tolong aku”
“Bukankah itu
suara Irfan? Suaranya dari sana. Ayo Nica, kita harus segera ke sana” mereka
berlari ke rumah kecil tersebut dan Marvel pun mendobrak pintu itu dengan
sekuat tenaga, tapi pintu itu terlalu kuat
“Kita harus
mencari alat untuk membukanya. Pintu ini susah sekali di dobrak” Zanica lalu
mencari-cari sesuatu dan akhirnya menemukan sebuah sekop dan linggis. Dengan ke
dua alat itu mereka akhirnya dapat membuka pintu itu.
“Terima kasih
Marvel, Zanica. Aku tidak tau apa jadinya aku tanpa kalian. Oh ya
ngomong-ngomong dimana Yuri dan…. Laras?”
“Mereka ada
di rumah yang tidak jauh dari sini. Sudahlah, ayo kita kembali, aku akan
menceritakannya di perjalanan kita ke sana” jawab Zanica
Mereka
kembali ke rumah itu. Di perjalanan Zanica menceritakan semuanya. Mulai dari
bagaimana ia mengetahui bahwa Yoga yang telah membunuh ayahnya sampai kasus
kematian itu.
Sesampainya
di rumah Andri….
“Zanica, Marvel,
Irfan….. Akhirnya kalian kembali”
“Bagaimana
Yuri? Apa kau mendapatkan suatu petunjuk?”
“(menggeleng)
tidak ada. Hanya saja perilaku Kak Andri dari tadi sangat aneh”
“Aneh
bagaimana?”
“Pertama dia
berbicara sendiri, kemudian tadi kulihat dia pergi ke TKP
beberapa kali. Oh iya, selain kak Andri, Revi juga aneh. Padahal saudaranya
meninggal, tapi dia bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Menurut
perkataan paman Alex, dari dulu Refan dan Revi memang tidak pernah akur. Dan
bahkan waktu itu sempat terjadi pertengkaran besar antara Revi dan Refan.
Sepertinya kak Andri dan paman Alex sangat mencurigainya”
“Jadi begitu
ya. Lalu bagaimana dengan paman Alex? Apa ada yang mencurigakan darinya?”
“Tidak ada,
hanya saja dia terus menerus memperhatikan jendela kamar korban”
**********
Sore hari, saat ingin mandi, Yuri
menemukan sebuah headset dan sebuah walkman di bawah tempat tidurnya.
“Wah, sejak
kapan Revi menggunakan ini? Apa dia memakainya sebelum kami datang ya?”
“Hei Yuri,
apa yang kau lakukan?”
“Irfan?
Tidak, aku hanya ingin mengambil bajuku di dalam tas.”
“Hei Yuri,
untuk apa kau bawa headset besar dan walkman itu?”
“Ini bukan
punyaku. Aku melihatnya di bawah tempat tidur. Mungkin ini punya Revi, yah
mungkin dia memakainya sebelum kita datang”
“Sebelum kita
datang? Maksudmu sebelum kalian datang?” diam sesaat “Yuri, ayo ikut aku. Aku
rasa kau menemukan petunjuk dan aku ingin memastikannya.”
“Aku sangat
ingin,tapi aku ingin mandi dulu. Yah kau boleh menunggu ku atau kau boleh
menyelidikinya tanpa aku”
“Baiklah, aku
tunggu”
Beberapa
menit kemudian….
“Ah dasar
perempuan. Mandinya lama sekali. Sudahlah, lebih baik aku mencari tau sendiri”
Irfan mencoba
memutar lagu yang terakhir dimainkan pada walkman itu, lagunya sangat lembut,
bisa membuat orang tertidur. Irfan pun pergi ke kamar Andri. Ternyata di bawah
kasur kamar Andri dan di TKP juga terdapat walkman dan Headset itu
“Mmmm…. kasus
ini semakin jelas. Aku harus memberitau Zanica” Irfan pun memberitau Zanica
tentang walkman itu dan juga analisisnya
“Ya, kau
benar, sebentar lagi makan malam, setelah itu kita harus ungkap semuanya”
Beberapa saat
kemudian mereka makan malam bersama, setelah makan malam, sebelum semua pergi,
Zanica meminta agar tidak pergi dahulu
“Ada apa Nica?”
“Aku sudah
tau semuanya”
“Apa? Jadi
kau…”
“Ya, aku
sudah tau bagaimana cara pembunuhan itu dilakukan, dan juga siapa pelakunya.
Memang benar, pelakunya adalah orang dalam. Pelakunya adalah salah satu
diantara kalian bertiga, kak Andri, Revi dan paman Alex.” semua tercengang
“Pertama, aku
ingin meperlihatkan semua barang bukti yang aku dan Irfan temukan” Zanica
memperlihatkan bungkusan berisi walkman yang sudah rusak itu, juga walkman dan
headset yang Irfan temukan di setiap kamar.
“Ada 3
petunjuk: pertama walkman yang kutemukan di tempat sampah. Ke dua, walkman dan
headset yang Irfan temukan di setiap kamar. Dan ke tiga, guci yang pecah. Biar
lebih jelas, ayo kita reka ulang TKP.” mereka lalu ke TKP dan mulai me reka ulang
TKP.
“Walkman ini
dipasangi tali dan pisau dipasang diujungnya. Tali yang digunakan sengaja yang
tidak terlalu kuat. Lalu saat korban tidur dan mengunci pintu kamarnya, pelaku
menyalakan walkman itu dan menaruhnya di dalam guci besar yang ada di atas
lemari. Ia meletakkan guci itu di pinggir lemari. Tempat yang dekat dengan
kepala korban. Suara bising dari walkman menyebabkan guci bergetar dan jatuh
tepat mengenai wajah korban. Sedangkan pisau di dalam guci akan jatuh. Setelah
itu, pelaku menaruh walkman dan tali itu di dalam plastik. Tapi, karena dia
tergesa-gesa, plastic itu tidak terbawa olehnya”
“Tunggu dulu,
kalau kata-katamu itu benar, bagaimana mungkin aku yang tertidur tidak
mendengar suara bising itu?” tanya Andri
“Nah itu dia.
Itu karena….”
“Maaf Zanica
aku menyela ucapanmu. Tapi bolehkah aku yang melanjutkannya? Aku rasa aku tau”
“Ya, silahkan
Yuri”
“Pelaku
memasangkan headset ke telinga kalian dan memasang lagu yang membuat kalian
semakin terlelap dan tidak mendengar suara bising dari TKP. Apalagi jarak
antara TKP dan kamar lain cukup jauh. Stelah rencana berhasil, pelaku membuka
headset itu dan menaruhnya di bawah tempat tidur. Aku juga melihat ada walkman dan headset di
kamar Revi. Dan aku sempat menguping pembicaraan Zanica dan Irfan, Irfan bilang
di kamar Andri dan juga di ruangan ini dia menemukan headset dan walkman. Dan
lagu yang diputar pun sama. Dan itu berarti pelaku pembunuhan ini adalah….”
“Paman Alex”
potong Marvel
“A…. Aku?
Apa-apaan kalian. Jelas-jelas aku bahkan datang beberapa menit setelah kalian
datang? Jadi bagaimana mungkin aku bisa melakukannya?”
“Ya, memang
kau punya alibi karena datang belakangan. Tapi bisa saja kan kau keluar masuk
lewat jendela”
“Omong
kosong. Bukankah kalian tau kalau jendela itu terkunci”
“Ya, memang.
Saat setelah aku dan Zanica pergi mencari Irfan, Laras bilang kalau paman
melihat-lihat ke jendela TKP dengan wajah yang ketakutan. Kenapa paman?”
“Aku….. aku
hanya ingin melihat ….”
“Paman ingin
melihat apakah jejak yang paman tinggalkan masih tersisa atau tidak. Tapi
sayang sekali paman kurang teliti sehingga aku bisa melihat jejak sepatu paman
yang berdarah. Benar bukan?”
“Jadi… kalau
begitu. Kematian ayah juga disebabkan oleh paman? Aku tau hubungan paman dengan
ayah memang tidak baik, tapi tidak kusangka paman sampai membunuh ayah dan kak
Refan”
“Tidak, bukan
aku. Yang membunuh ayahmu bukan aku. Orang yang membunuh ayahmu adalah….
Kakakmu sendiri, Refan. Aku terus menerus dicurigai oleh semua orang karena
memang saat itu aku sedang bertengkar besar dengan ayahmu. Tapi ketahuilah, bukan
aku yang membunuhnya. Aku sudah mengadukannya pada polisi, tapi belum cukup
bukti, maka dari itu aku berencana membalas dendam dengan membunuhnya”
Beberapa
menit kemudian, datanglah beberapa orang polisi. Paman Alex pun dibawa polisi
ke luar desa terpencil itu
“Tunggu dulu,
kenapa tadi tia-tiba ada polisi? Bagaimana bisa?”
“Aku yang
menelponnya” jawab Revi
“Tapi
bukankah ini adalah desa tersembunyi yang tidak terdapat sinyal telepon?”
“Tidak di
semua tempat di desa ini yang begitu. Kebetulan, rumah kami memang bisa”
“Lalu berarti
kalian tau bagaimana cara keluar dari desa ini?”
“Ya”
“Baguslah,
kalau begitu, aku, Zanica, Marvel dan Irfan, bisa pulang. Kalian mau kan
mengantar kami?”
“Ya, boleh
saja. Sekarang kalian bereskan saja barang-barang kalian dulu”
Zanica dan
yang lain membereskan barang-barangnya. Tapi anehnya, Irfan tidak terlihat
senang setelah mengetahui hal tersebut
“Oke, ayo
kita berangkat”
“Tunggu….”
“Ada apa Fan?”
“Entah kenapa
sejak pertama kali datang ke desa ini, aku merasakan dejavu terus. Aku yakin
desa ini ada hubungannya dengan ayahku yang tak pernah ku lihat. Dan mungkin
ini juga ada hubungannya dengan ayah kita. Apa kalian mau pergi begitu saja?”
“Sudahlah,
aku sudah tidak peduli dengan itu lagi. Kita selama ini juga bisa hidup tanpa ayah,
jadi untuk apa dicari, membuang-buang waktu” jawab Yuri
“Aku setuju
dengan Irfan. Aku juga masih penasaran, apakah kak Yoga masih hidup atau sudah
mati. Lalu siapa sebenarnya pembuat rencana pembunuhan yang mengerikan ini.
Yah, semua tentang desa ini. Aku masih ingin mencari tau semuanya. Tapi kalau
kalian memang ingin pulang yasudah, aku bisa mencarinya bersama Irfan”
“Yasudah, aku
ikut dengan kalian saja. Bagaimana Yuri?”
“Oke, aku
ikut”
“Sebenarnya
aku juga ingin ikut dengan kalian, tapi kalau aku ikut, Revi akan sendirian”
“Sudahlah,
tidak apa-apa kau ikut saja. Aku akan baik-baik saja disini”